Saturday, 14 March 2015

Kemajemukan Itu Pemersatu atau Pemecah?

Menyikapi pertanyaan ini, kedua hal tersebut bisa terjadi. Kemajemukan bisa menjadi pemersatu dan bisa juga menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak. Hal ini tergantung kepada bagaimana sikap masyarakat ke depannya. Karena sikap tersebut yang akan menentukan apakah kita akan bersatu atau hanya menunggu kapan hancurnya bangsa ini.

Alasan mengapa kemajemukan bisa menjadi pemersatu karena keberagaman bisa memperkuat persatuan bangsa. Setiap unsur saling melengkapi dan menutupi kekurangan masing-masing unsur. Dan ketika setiap unsur sudah bersinergi, maka cita-cita bersama yang diidamkan dapat tercapai. Akar nasionalisme Indonesia sendiri sejak awal didasarkan pada tekad yang menekankan cita-cita bersama di samping pengakuan sekaligus penghargaan pada perbedaan sebagai pengikat kebangsaan. Di Indonesia, kesadaran semacam itu sangat jelas terlihat. Bhinneka Tunggal Ika (‘berbeda-beda namun satu jua”) adalah prinsip yang mencoba menekankan cita-cita yang sama dan kemajemukan sebagai perekat kebangsaan. Dalam prinsipnya, etika ini meneguhkan pentingnya komitmen negara untuk memberi ruang bagi kemajemukan pada satu pihak dan pihak-pihak lain pada tercapainya cita-cita akan kemakmuran dan keadilan sebagai wujud dari tujuan nasionalisme Indonesia. Bila dianalogikan dengan makanan, sarapan kita sehari-hari tidak akan enak dan sehat bila tidak memenuhi 4 sehat 5 sempurna yang didapat dari buah, sayur, daging, nasi, susu, dll yang beraneka ragam. Bila sarapan hanya dengan nasi dan daging, atau nasi dan buah, atau contoh lainnya, maka sarapannya akan terasa hambar dan tidak memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuh. Jadi, keberagaman memampukan kita mencapai kesempurnaan.

Alasan mengapa kemajemukan bisa menjadi pemecah karena kemajemukan masyarakat yang berpotensi menimbulkan konflik adalah wajar. Kemajemukan di Indonesia dengan banyak agama, suku, dan golongan sebagai modal sosial, jika tida dikelola dengan baik maka rentan terhadap konflik. Konflik tersebut dapat muncul akibat perbedaan ekonomi, ketidakadilan, kesalahpahaman, rasa primordial (perasaan mengutamakan hal-hal yang dibawa sejak lahir,melingkupi blood, mind, dan place), dan etnosentrime (sikap atau cara pandang terhadap etnis dan budaya lain dari sudut pandang etnis dan budaya kita) yang berlebihan. Bila konflik ini tidak ditangani dengan serius, maka bangsa ini tinggal menunggu waktu untuk perpecahan bangsa dan negara


Dari hal di atas, dapat disimpulkan bahwa kemajemukan sebagai pemersatu atau perpecahan bergantung pada masyarakat Indonesia sendiri. Apakah bisa menerapkan prinsip toleransi atau terus menerus konflik berlatar perbedaan. Namun, menurut kelompok kami, kemajemukan tersebut adalah pemersatu bangsa dan bukannya sebagai pemecah. Alasannnya karena Indonesia sudah mempunyai 2 konsep besar yang sudah sejak lama dibentuk dan mampu menampung kemajemukan Indonesia itu sendiri. Konsep tersebut adalah semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dan Pancasila. Kedua konsep sudah sesuai dengan kultur Indonesia dan tahu langkah yang tepat di dalam menyikapi kemajemukan Indonesia. Permasalahannya adalah sampai sekarang konsep-konsep ini belum diwujudkan secara konkret dan belum meresap ke dalam setiap individu Indonesia. Konsep-konsep ini hanya sebatas pemikiran dan belum diimplementasikan secara menyeluruh dan mendasar. Tetapi, bila konsep-konsep ini dapat dijalankan dengan baik di dalam kehidupan bermsayarakat setiap orang Indonesia dan sudah ada perlindungan atau proteksi legal terhadap kemajemukan Indonesia, maka konflik dapat dikelola dan diakomodir oleh masyarakat itu sendiri. Perlindungan terhadap kemajemukan inilah yang memungkinkan demokrasi di Indonesia bertahan, bahkan lebih kuat dan makin bersatu, walaupun ada insiden konflik yang bersumber pada kemajemukan tersebut.

No comments:

Post a Comment